Jumat, 11 Desember 2009

'Hold to Majority' Sukuk Lebih Untung......

NILAH.COM, Jakarta - Sukuk Ritel seri SR-001, Kamis (26/2) mulai diperdagangkan di pasar sekunder Bursa Efek Indonesia. Investor yang ingin membeli atau menjual sukuk ritel tidak lagi harus menunggu jatuh tempo. Namun hold to majority tetap lebih menguntungkan.

Adrianus Bias Prasuryo, analis e-Trading Securities mengatakan, investor jangka panjang maupun jangka pendek (trading) sukuk ritel seri SR-001 sangat menguntungkan. Namun menurutnya, hampir semua pembeli sukuk bertujuan untuk hold to majority (dijual saat jatuh tempo). Pasalnya, cara seperti ini lebih menguntungkan dibandingkan trading.

Pasalnya, return sukuk ritel yang ekuivalen dengan tingkat kupon (fixed rate) 12% dinilai Adrianus sangat tinggi. Selain itu, periode jatuh temponya juga terbilang tidak terlalu lama yakni hanya tiga tahun.

"Terakhir saya lihat, harga sukuk ada di 100,23. Artinya berada di atas nilai nominal (par) obligasi atau naik. Tapi lebih menguntungkan jika hold to majority," katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (26/2).

Return sukuk saat ini, lanjut Andrianus lebih menguntungkan jika dibandingkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang sekarang di kisaran 9% atau 10%. Return ini ekuivalen dengan kupon di obligasi sebesar 12%.

Adrianus menggaris bawahi, bahwa return sukuk tidak bisa disebut kupon. Pasalnya syariah tidak mengenal kupon. Return sukuk menurutnya ekuivalen dengan tingkat kupon di obligasi.

Sukuk ritel adalah ijarah yang berarti lease back (penyewaan). Jadi, imbal hasil yang didapatkan investor dalam bentuk pengembalian fixed rate kurang lebih 12%. Adrianus mengaku, jika melihatnya secara kasat mata, memang sama seperti kupon.

Sukuk ritel, lanjut Adrianus sangat menarik bagi beberapa investor yang memiliki segmen syariah seperti bank syariah. Selama ini, segmen itu jika dilihat dari obligasi korporasi syariah sangat laku. "Jadi nggak heran kalau demand-nya cukup besar. Menawarkan return 12%, untuk kondisi saat ini itu cukup besar," tambahnya.

Minat investor terhadap sukuk, menurutnya, sama halnya dengan minat investor terhadap pasar obligasi. Yang membedakannya dari pasar obligasi adalah segmen dan bentuk instrumennya. "Saya rasa, selama suku bunga perbankan dalam kondisi turun, saya pikir minat investor terhadap sukuk akan tetap baik dan akan terus begerak naik," paparnya.

Pasalnya, kecenderungan investor saat ini adalah mencari instrumen yang memberikan return yang lebih besar dibandingkan SBI. Jika SBI turun seiring penurunan BI rate maka investor akan terus berburu sukuk. "Apalagi jangka waktunya tiga tahun, dan bisa diperjualbelikan kapan saja di pasar sekunder," imbuhnya.

Di pasar sekunder, lanjut Adrianus, hingga saat ini belum menimbulkan masalah bagi investor, dan harganya pun masih tetap terjaga. Yang menentukan harga, seperti pasar obligasi pada umumnya adalah mekanisme pasar. "Jadi berdasarkan bid and offer, berdasarkan harga penawaran jual dan harga penawaran beli," paparnya.

Diberitakan, setelah sukses di pasar perdana, Sukuk Negara Ritel seri SR-001 mulai hari sudah diperdagangkan di pasar sekunder Bursa Efek Indonesia. Investor yang ingin membeli atau menjual sukuk ritel tanpa harus menunggu jatuh tempo bisa melakukan transaksi di pasar saham melalui agen penjualnya.

Jumlah nominal sukuk ritel yang diterbitkan mencapai Rp 5,556 triliun dengan return yang ekuivalen dengan tingkat kupon obligasi (fixed rate) 12%. Sukuk ritel ini akan jatuh tempo 25 Februari 2012 atau berjangka waktu 3 tahun sejak diterbitkan 25 Februari 2009. Pembayaran imbalan dilakukan tanggal 25 setiap bulan dimulai 25 Maret 2009.

Di hari pertama pasar sekunder, diperkirakan perdagangan sukuk ritel tidak terlalu ramai. Apalagi, kebanyakan pemiliknya adalah individu yang kemungkinan akan menahan dulu portofolionya hingga mendapatkan bunga di bulan pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar